PENDAHULUAN
Psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam memahami individu dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Individual psychology atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya antara lain adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer.
Alfred Adler selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda dari Freud. Adler telah menjadi dokter praktek. Ketika bergabung dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Adler keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada tahun 1911 Adler mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
Alfred Adler selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda dari Freud. Adler telah menjadi dokter praktek. Ketika bergabung dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Adler keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada tahun 1911 Adler mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori psikologi individual.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari konseling psikologi individual ini adalah agar seorang konselor dapat mengetahui model-model konseling dan bagaimana menerapkan berbagai teori dalam proses konseling.
PEMBAHASAN
A . Prinsip Dasar
Menurut Adler manusia bersifat sosial-psikologis dan non-deterministik. Sifat perilaku manusia memiliki tujuan , dengan keyakinan bahwa arah yang kita tuju jauh lebih penting dari pada dari mana kita berasal. Kita dipandang sebagai pelaku dan pencipta dari kehidupan kita dan kita mengembangkan gaya hidup yang unik senagai suatu ungkapan dari sasaran hidup kita. Kita menciptakan diri kita sendiri, dan bukan diciptakan oleh pengalaman kita di masa kanak-kanak.
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial.
Dari perspektif Adler manusia tidaklah sekedar ditentukan oleh keturunan dan lingkungan , melainkan oleh kemampuan mereka untuk menginterpretasi , mempengaruhi serta menciptakan peristiwa .
B . Konsep Dasar
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas . Hal inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar teori psikologi individual dengan psikoanalisis. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Perasaan tidak mampu atau rasa rendah diri, berasal dari tiga sumber, yaitu kekurangan dalam organ fisik, anak yang dimanja, anak yang mendapat penolakan. Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi yang berlebihan sehingga menyebabkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri.
Konsep utama dari teori psikologi individual yang benar-benar berbicara tentang diri atau self, yang mana hal itu yang menjadi pembeda setiap individu yang terlihat dari gaya hidup masing-masing individu, menyebabkan arah konseling mengacu pada pengembangan diri individu. Masalah yang paling sering dialami adalah masalah kepercayaan diri (konsep diri). Pembentukan konsep diri ini dimulai sejak usia empat dan lima tahun pertama.
a. Persepsi Subyektif tentang Realitas
Penganut Adler berusaha melihat dunia dari kerangka subyektif klien, suatu orientasi yang dinyatakan sebagai fenomenologis. Fenomenologis diberikan karena orientasi ini menaruh perhatian pada cara individu dimana seseorang melihat dunianya. “Realitas Subyektif” ini mencakup persepsi keyakinan dan kesimpulan individual.
b. Kesatuan serta Pola Kepribadian Manusia
Premis dasar dari pendekatan Adler disebut juga Psikologi Individual. Psikologi Adler berasumsi : manusia adalah suatu makhluk sosial, kreatif, dan pengambil keputusan yang memiliki maksud terpadu. Pribadi manusia menjadi terpadu lewat tujuan hidup. Implikasi (holistik) dari kepribadian ini adalah bahwa seorang klien adalah suatu bagian integral dari sistem sosial.
Terdapat beberapa konsep:
a. Perilaku sebagai yang memiliki tujuan dan berorientasi pada sasaran
Psikologi individual berasumsi bahwa semua perilaku manusia itu memiliki maksud . Manusia menentukan tujuannya sendiri , dan perilaku menjadi suatu kesatuan dalam konteks tujuan itu . Asumsi dasar dari psikologi individual adalah bahwa kemana kita pergi dan apa yang kita perjuangkan merupakan hal yang krusial.
Penganut aliran Adler menggunakan istilah finalisme fiksional yang berarti sasaran sentral yang ada dalam angan-angan yang membimbing perilaku seseorang.
b. Perjuangan untuk menjadi penting dan superioritas
Superioritas adalah perjuangan dari derajat yang rendah ke yang lebih tinggi atau dari yang minus ke plus. Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua prinsip ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua istilah ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya tak dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai motivator utama perilaku menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah makhluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin survive. Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Demikian banyak pasien Adler yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif dan dinyatakan sebagai manusia tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia adalah kekuatan (power). Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini sangat bersifat universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan need seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk superior sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat bahwa superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi dengan orang lain. Superioritas yang dimaksud adalah superior atas diri sendiri.
c. Gaya Hidup (Style of Life)
Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas, untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini Adler tidak menerima pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk dari lingkungan sepenuhnya. Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut. Dengan adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia yang berperilaku dalam cara yang sama.
Gaya hidup seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada perasaan diabaikan (feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved) menafsirkan semua pengalamannya dari cara pandang tersebut. Misalnya ia merasa bahwa semua orang yang ingin mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai usaha untuk menggantikan perasaan tak disayangi tersebut. Gaya hidup seseorang telah terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya hidup yang sudah terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat berubah. Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia. Apa yang berubah hanya cara untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk memuaskan gaya hidup. Misalnya, bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak disayangi, adalah lebih baik praktis untuk membentuk tujuan semu bahwa kasih sayang baginya tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha meyakinkan bahwa tidak dicintai pada masa lalu tidak penting baginya, dan bahwa meyakinkan kemungkinan untuk dicintai pada masa yang akan datang diharapkan dapat memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat dilakukan, akan tetapi kemungkinannya sangat sukar.
c. Minat sosial (social Interest)
Istilah ini berarti kesadaran individu akan kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat manusia dan akan sikap seseorang dalam menangani dunia sosialnya. Didalamnya mencakup perjuangan untuk masa depan yang lebih baik. Adler menyamakan interes sosial dengan rasa identifikasi dan empati dengan orang lain. Menurut Adler pada saat interes sosial berkembang maka rasa rendah diri serta keterasingan akan hilang. Interes sosial bisa berkembang bila diajarkan, dipelajari dan digunakan. Mereka yang hidup tanpa interes sosial menjadi tidak bersemangat dan berakhir dengan keberadaannya di sisi kehidupan yang tak berguna. Manusia itu memiliki kebutuhan dasar, yakni perasaan aman, diterima, dan berguna. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat sosialnya dan meningkatkan kepedulian terhadap orang lain. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya.
d. Urut - Urutan Kelahiran Dan Hubungan Adik- Kakak
Penganut Adler memandang sebagian besar problem manusia itu bersifat sosial, maka mereka memberi tekanan pada hubungan keluarga.
1. Anak Sulung. Biasanya mendapat banyak perhatian hinggga kelahiran anak kedua. Dia sedikit dimanjakan sebagai pusat perhatian. Dia cenderung untuk bisa dipercaya dan pekerja keras.
2. Anak Kedua. Dia saat dilahirkan , perhatian yang diterima sama-sama dinikmati dengan anak lain . Ia cenderung memberontak atau iri,tetapi pada umumnya ia dapat menyesuaikan diri dengan lebih baik dibanding kakak atau adiknya.
3. Anak di tengah sering merasa tersingkirkan.
4. Anak bungsu selalu menjadi buah hati keluarga dan cenderung menjadi anak yang paling dimanja .
5. Anak Tunggal. Memiliki beberapa sifat seperti anak sulung . Dia tidak belajar berbagi rasa atau bekerjasama dengan anak lain tetapi dia belajar bergaul dengan baik dengan orang dewasa.
Urut-urutan kelahiran dan interpretasi terhadap posisi seseorang dalam keluarga banyak kaitannya dengan cara bagaimana seseorang dewasa berinteraksi dengan dunia.
Selain konsep yang telah disebutkan diatas , ada beberapa konsep lain yang terkandung dari Teori Psikologi Individual Adler, yaitu:
1. Rasa Rendah Diri (Inferiority)
Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan. Individu melihat bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang jika dibandingkan dengan orang dewasa. Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Jika telah mencapai taraf perkembangan tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk mencapai taraf berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah dirinya ini tampak dinamis mencapai kesempurnaan dirinya.
Berkenaan dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau inferior ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity). Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal ini merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.
2. Diri Kreatif (Creative Self)
Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih dari sekedar produk lingkungan atau makhluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri, namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Gaya hidup bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih dari itu. Ia asli, membuat sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian yang baru. Individu mencipta dirinya.
3. Diri yang Sadar (Conscious Self)
Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari, dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya. Manusia dengan tipe otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses mental dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh kesadarannya pada suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan diingat oleh individu. Ingatan adalah fungsi jiwa, yang tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak efisien ini adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh, khususnya otak. Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar (preconsious dan uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa bahwa manusia sangat sadar benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang dicapainya, dan ia dapat merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan yang dipilihnya secara sadar.
D. Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan.
1. Mengubah gaya hidup yang salah . Dalam hal ini konselor lebih fokus pada aspek kognitif. Konselor cenderung mencari kesalahan berpikir dan memberikan penilaian pada hal-hal seperti sikap tidak mempercayai, egois, ambisi yang tidak masuk akal.
2. Memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi.
3. Mengurangi intensitas inferior klien. Sasaran dari konselor salah satunya mengurangi rasa rendah diri klien yaitu dengan cara memberi dukungan pada klien bahwa ia mempunyai kemampuan sehingga jika rasa rendah dirinya berkurang atau hilang klien mampu mencapai kebahagiaan hidup dan mampu menjalani interaksi sosial dengan baik.
4. Meningkatkan minat sosial klien. Artinya menumbuhkan kesadaran di dalam individu akan kedudukannya sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat serta suatu sikap seseorang menangani dunia sosial untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
5. Membantu klien menjadi anggota masyarakat yang ikut memberikan sumbangsannya
E. Hubungan Konselor-Klien
Aliran Adler menganggap hubungan baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya berkedudukan sederajat didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling menjaga rahasia dan keselarasan sasaran. Awal mula kegiatan konseling, seyogyanya klien mulai memformulasikan rencana atau kontrak. Klien tidak dipandang sebagai penerima yang pasif melainkan klien adalah anggota dari kelompok yang aktif dalam hubunganna dengan kelompok lain yang sederajat dimana tidak ada pihak yang berkedudukan lebih tinggi dan ada yang berkedudukan lebih rendah.melalui perserikatan yang sifatnya saling mengisi atau kolaboratif klien mengakui bahwa mereka bisa mempertanggungjawabkan perilaku mereka.
F. Proses Konseling
Proses konseling diarahkan oleh konselor untuk mendapatkan informasi-informasi berkaitan dengan masa sekarang dan masa lalu sejak klien berusia kanak-kanak. Mulai dari mengingat komponen-komponen dalam keluarga, keanehan-keanehan prilaku yang terjadi didalam keluarga, sampai hal yang spesifik. Hal ini sangat membantu konselor dalam menghimpun informasi serta menggali feeling of inferiority (FOI) klien.
1. Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat
Hubungan antara konselor dengan klien didasari oleh rasa perduli, keterlibatan, dan persahabatan yang mendalam. Salah satu cara untuk menciptakan hubungan yang baik adalah klien diberi pertolongan oleh konselor agar bisa menyadari asset dan kekuatan yang dimilikinya, dan bukan menangani kekurangannya serta kewajiban yang harus dipikul. Konseling ini berfokus pada dimensi positif dan menggunakan dorongan semangat serta dukungan.
Selama fase permulaan ini hubungan ini dilakukan dengan jalan mendengarkan , memberi tanggapan, menunjukkan sikap menghormati klien dan menunjukkan rasa antusiasme yang jujur. Di dalam fase ini juga dilakukan penetapan tujuan dari hasil kerjasama.
2. Menggali dinamika psikologi yang ada dalam diri klien
Tujuan ganda dari fase kedua ini:
Memahami gaya hidup mereka dan melihat betapa itu semua memperngaruhinya dalam menjalankan tugas hidup yang dilakukan sekarang. Konselor memulai penilaian dengan mencari perlakuan apa saja yang di kerjakan oleh klien dalam berbagai aspek kehidupannya.
3. Memberi semangat untuk pemahaman
Pada dasarnya fase ini bersifat suka mendukung, mereka juga bersikap konfrontif. Mereka tentang kliennya untuk mengembangkan mawas diri tentang tujuan yang keliru dan perilaku mengalahkan diri sendiri. Interpretasi adalah suatu teknik yang memberikan fasilitas pada proses didapatkannya wawasan diri. Fokusnya adalah pada perilaku disini dan sekarang dan pada ramalan – ramalan dan antisipasi – antisipasi yang timbul dari kehendak seseorang.
4. Menolong agar bisa berorientasi ulang
Tahap akhir dari proses terapeutik adalah tahpa berorientasi pada tindakan yang disebut reorientasi dan reedukasi, atau mengetrapakan wawasan dalam praktek. Pada tahap reorientasi, klien mengambil keputusan dan memodifikasi sasaran mereka. Hal yang esensial dari fase ini adalah komitmen karena bila klien mengharapkan dirinya berubah maka harus ada kemauan untuk menyediakan tugas bagi dirinya sendiri dan mau berbuat sesuatau yang khusus terhadap problema yang dihadapinya. Dengan demikian mereka mampu merealisasikan wawasan baru yang diperoleh dari proses konseling menjadi tindakan kongkrit.
G. Teknik Konseling
Teknik- Teknik yang digunakan dalam psikologi Individual Adler adalah sebagai berikut:
1. Interpretasi
Adalah suatu teknik yang memberikan fasilitas pada proses didapatkannya wawasan diri. Fokusnya adalah pada perilaku disini dan sekarang dan pada ramalan-ramalan dan antisipasi-antisipasi yang timbul dari kehendak seseorang. Interpretasi penganut Adler dilakukan dalam hubungannya dengan gaya hidup. Yang dilakukan adalah menciptakan kesadaran akan tujuan hidup seseorang , sasaran serta maksud seseorang , logika yang dia miliki dan bagaiman logika itu bisa diterapkan , dan perilaku orang itu pada saat ini.
2. Tindakan Langsung
Teknik yang dikenal dengan nama tindakan langsung melibatkan tindakan penanganan terhadap apa yang terjadi pada saat sesi konseling berlangsung . Teknik ini bisa menolong klien melihat bagaimana kejadian yang sedang berjalan di sesi konseling bisa merupakan sampel dari kejadian sehari-hari.
3. Niat yang paradoksal
Adler telah merintis strategi yang paradoksal sebagai cara untuk mengubah perilaku. Teknik ini juga disebut “penuntun gejala” dan “antisugesti”. Teknik ini yang melibatkan klien secara sadar menaruh perhatian serta membesar-besarkan pikiran serta perilaku yang merapuh. Akibatnya gejalanya menjadi secara mencolok tidak proporsional dengan situasi sesungguhnya. Esensinya teknik ini adalah teknik menggabungkan diri dengan sifat menentang si klien ,dan bukan melawannya; teknik ini berisi sifat-sifat empati , pembangkitan semangat, dan humor serta menjurus ke minat sosial yang makin meningkat (Mozdzierz, Macchitelli, & Lisiecki, 1976). Adler menggunakan teknik ini untuk menangani insomnia dan ketegangan.
4.Berandai- Andai
Konselor dapat menciptakan situasi bermain peran dimana klien membayangkan dan melakukan sesuatu yang mereka inginkan untuk dilakukan.
5.Menuang tuba di mangkuk susu klien
Konselor menentukan usaha dan imbalan dari sesuatu perilaku untuk kemudian memporak-porandakannya dengan jalan mengurangi kemanfaatan perilaku itu di depan mata klien.
6.Menangkap diri sendiri
Dalam proses menangkap diri sendiri klien menjadi sadar bahwa ia berperilaku menghancurkan diri sendiri atau memiliki gagasan yang irasional tetapi tidak melakukan usaha menyalahkan diri sendiri.
7. Menekan Tombol
Teknik ini mencakup menyuruh klien membayangkan pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara bergantian kemudian menaruh perhatian pada perasaan yang menyertai pengalaman itu. Teknik ini bertujuan mengajarkan klien bahwa sesungguhnya ia bisa menciptakan perasaan apa pun yang diinginkan dengan jalan menetapkannya dalam pikirannya ( Mosak, 1989).
8. Tidak ingin menjadi manusia cengeng
Beberapa orang klien merasa yakin bahwa tidak seorangpun yang benar-benar perduli terhadap mereka, jadi kemungkinannya adalah bahwa mereka akan membuat konselor menjadi orang yang nantinya akan memberi reaksi orang-orang itu. Konselor wajib berjaga-jaga agar tidak terjerumus ke dalam perangkap seperti itu dan tidak menguatkan perilaku klien yang membuat mereka terpaku pada pola lama. Melainkan konselor menasihatkan untuk mendorong berkembangnya perilaku membawa klien kekedewasaan psikologi yang makin meningkat.
9. Mengakhiri dan merangkum sesi
Membuat batas waktu suatu sesi , menutup sesi tanpa harus mematikan keinginan klien untuk melanjutkan eksplorasinya pada suatu isu, dan merangkum hal-hal yang penting dalam suatu sesi merupakan ketrampilan yang harus dikuasai oleh konselor.
Selain teknik diatas juga terdapat teknik lain . Penganut Adler adalah pragmatik sepanjang menyangkut penggunaan metode yang dianggap tepat (Manaster Corsini, 1982). Teknik-teknik itu adalah:
- Saran , penganut Adler akan memberi saran apabila dianggap klien siap un tuk mendengar dan menerima.
- Pekerjaan rumah. Misalnya tugas untuk
- Humor. Kadang konselor dapat membantu klien bisa kurang serius, bahkan menertawakan perilaku tertentu mereka yang menggelikan ( Mosak, 1987)
- Diam. Kadang dalam proses konseling tidak ada teknik tyang lebih baik dari pada diam.
H. Kecocokannya untuk diterapkan di Indonesia
Setelah mengetahui keseluruhan uraian dari teori Psikologi Individual milik Adler maka kami berpendapat bahwa konseling ini cocok untuk diterapkan di Indonesia.
Pada hakikatnya memang benar manusia di Indonesia termotivasi oleh dorongan sosial yang tinggi, akan tetapi rasa rendah diri kerap muncul dalam diri manusia dalam menjalin hubungan sosial. Oleh karena itu pendekatan konseling Psikologi Individual dapat menjadi salah satu solusi untuk mengubah gaya hidup yang salah pada masyarakat Indonesia ,memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi ,dan meningkatkan minat sosial klien sehingga masyarakat indonesia mampu mencapai superioritas.
KESIMPULAN
Menurut Adler manusia bersifat sosial-psikologis dan non-deterministik. Adler juga berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Jadi sangat berbeda dengan yang dikatakan oleh Freud. Dari perspektif Adler manusia tidaklah sekedar ditentukan oleh keturunan dan lingkungan , melainkan oleh kemampuan mereka untuk menginterpretasi , mempengaruhi serta menciptakan peristiwa .
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Tujuan dari konseling ini antara lain Mengubah gaya hidup yang salah, Mengurangi intensitas inferior klien, Meningkatkan minat sosial klien dan Mengkonfrontir mekanisme superioritas. Konsep yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, antara lain : rasa rendah diri, superior, gaya hidup, diri kreatif , diri yang sadar, tujuan semu dan minat sosial.
Aliran Adler menganggap hubungan baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya berkedudukan sederajat didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling menjaga rahasia dan keselarasan sasaran.
Proses tahap-tahapnya adalah: Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat, Menggali dinamika psikologi yang ada dalam diri klien, Memberi semangat untuk pemahaman dan Menolong agar bisa berorientasi ulang. Teknik konseling yang digunakan oleh konselor adalah: Interpretasi, Tindakan Langsung, Niat yang paradoksal, Berandai- Andai, Menuang tuba di mangkuk susu klien, Menangkap diri sendiri, Menekan Tombol, Tidak ingin menjadi manusia cengeng, dan Mengakhiri dan merangkum sesi.
Setelah mengetahui keseluruhan uraian dari teori Psikologi Individual milik Adler maka kami berpendapat bahwa konseling ini cocok untuk diterapkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 1990. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. California: CPC Pacific Grve.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar