Powered By Blogger

Minggu, 17 Maret 2013

Studi kasus


A.Pengertian Studi kasus
Kasus Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan dua pengertian tentang Studi kasus (Case Study) yaitu:
1.                 Studi kasus merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasirelevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal.
2.                 Studi kasus merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat istilah yang berkaitan dengan case study yaitu case history atau disebut riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan data yang terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang individu, dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitan-kesulitannya yang sekarang serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri (adjustment) (Kartono dan Gulo, 2000).

Definisi studi kasus dari beberapa pakar dalam Psikologi dan Bimbingan Konseling, yaitu: Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantu memperoleh penyesuaian diri yang lebih baik. (I.Djumhur, 1985).


Studi kasus adalah suatu metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan seorang murid secara mendalam dengan tujuan membantu murid untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik. (WS. Winkel, 1995).

Studi kasus adalah metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komprehensif yaitu data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap. (Dewa Ketut Sukardi, 1983).

Jadi berdasarkan pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa studi kasus adalah suatu studi atau analisa komprehensif dengan menggunakan berbagai teknik. Bahan dan alat mengenai gejala, ciri-ciri, karakteristik berbagai jenis masalah atau tingkah laku menyimpang, baik individu maupun kelompok. Analisa itu mencakup aspek-aspek kasus seperti jenis, keluasan dan kedalaman permasalahannya, latar belakang masalah (diagnosis) dan latar depan (prognosis), lingkungan dan kondisi individu atau kelompok dan upaya memotivasi terungkapnya masalah kepada guru pembimbing (konselor) sebagai orang yang mengkaji kasus. Data yang telah didapatkan oleh konselor kemudian dinvertaris dan diolah sedemikian rupa hingga mudah untuk diinterpretasi masalah dan hambatan individu dalam penyesuaiannya.

B.   Studi Kasus Sebagai Stategi Penelitian
Studi kasus, seperti yang dirumuskan Robert K. Yin (2008;1), merupakan sebuah metode yang mengacu pada penelitian yang mempunyai unsur how dan why pada pertanyaan utama penelitiannya dan meneliti masalah-masalah kontemporer (masa kini) serta sedikitnya peluang peneliti dalam mengontrol peritiswa (kasus) yang ditelitinya.
Studi kasus merusuatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber dimanfaatkan. (Yin, 2008:18)

Studi kasus sendiri, menurut Robert K.Yin dibagi kedalam tiga tipe yakni studi kasus eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif. Ketiga tipe ini berdasarkan kepada jenis dan tujuan dari pertanyaan penelitian.

Lebih lanjut, K. Yin Menjelaskan bahwa studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata seperti sirklus kehidupan nyata. Penjelasan ini menjadi landasan bahwa studi kasus memiliki karakteristik penelitian kualitatif dimana adanya latar alamiah.

Studi kasus memiliki perbedaan dengan strategi penelitian lainnya seperti metode historis ataupun eksperimen. Adapun perbedaannya dapat dilihat pada table dibawah ini:


Strategi
Bentuk pertanyaan penelitian
Membutuhkan kontrol terhadap peristiwa
Fokus terhadap peristiwa kontemporer
Eksperimen Survei
Bagaimana, mengapa
ya
ya
Analisis Arsip (mis.dlm.std.ekon)
Siapa, apa, dimana, berapa banyak
tidak
ya
Histori
Bagaimana, mengapa
tidak
ya/tidak
Studi Kasus
Bagaimana, mengapa
tidak
ya

C.Jenis-jenis Studi Kasus
a.     Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.

b.     Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.

c.      Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.

d.     Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.

e.      Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.



f.       Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.

D.Tujuan Studi Kasus
Tujuan pelaksanaan studi kasus yaitu agar:
1.       Konselor dapat mengenal diripribadi klien yang dianggap mempunyai masalah secara luas dan mendalam.
2.       Konselor dapat memahami dan menetapkan faktor-faktor penyebab permasalahan yang dihadapi klien
3.       Konselor dapat menentukan jenis layanan yang tepat sesuai dengan permasalahan klien
4.       Konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
5.       Siswa dapat menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan kebahagiaan bagi siswa tersebut.

E. Fungsi Studi Kasus
Fungsi studi kasus dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai alat yang digunakan dalam usaha Konselor melakukan pemahaman terhadap individu yang mengalami suatu permasalahan atau mengalami kasus tertentu.



F.  Sasaran Studi Kasus
Klien yang memerlukan studi kasus adalah klien-klien yang menunjukan gejala yang mengalami kesulitan atau masalah yang serius sehingga memerlukan bantuan yang serius pula. Biasanya yang dipilih menjadi sasaran suatu studi kasus adalah klien yang menjadi suatu problem (problem case). Jadi seorang klien membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan lebih baik, dengan syarat klien dalam keadaan sehat rohani atau tidak mengalami gangguan mental.

G.              Data yang Dikumpulkan dalam Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik yang digunakan untuk memperoleh pemahaman diri klien yang dijadikan sebagai kasus. Dalam pelaksanaan studi kasus konselor harus mencari data yang berkaitan dengan diri klien.

Data yang dikumpulkan dalam studi kasus antara lain:
a. Data identitas (data pengenal);
b. Tanda-tanda atau gejala yang nampak;
c. Data sekitar klien:
1) Latar belakang keluarga (familiy bacground), antara lain: – Lingkungan rumah – Bagaimana hubungan anggota keluarga – Status ekonominya – Disiplin dalam rumah – Bagaimana sikap oang tua terhadap anak dan sebaliknya
2) Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain: – Kesehatan anak pada umumnya – Keadaan physical defect – Keadaan alat indera pada umumnya
3) Data mengenai segi pendidikannya: – Records di sekolah – Kemajuan dan kemunduran di sekolah
4) Social behavior dan minatnya, antara lain: – Hobi – Hubungan sosial – Kepercayaan kepada diri sediri – Inisiatif
5) Tes data, antara lain: – Perhatian – Bakat – Achievement
d. Interpretasi dari data dan diagnosis (kesimpulan);
e. Langkah-langkah yang akan diambil dalam pemberian konseling.

H.  Ciri-ciri Studi Kasus
Studi kasus memiliki ciri-ciri:
1. Mengumpulkan data yang lengkap. Studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari setiap aspek kehidupan siswa. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan analisis masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam identifikasi dan analisis masalah maka besar kemungkinan terjadi salah penanganan (treatment) dan bahkan terjadi mal praktik.

2. Bersifat rahasia. Sesuai dengan kode etik BK, asas kerahasiaan juga berlaku dalam studi kasus. Asas kerahasiaan sangat penting untuk menjaga kepercayaan siswa. Disisi lain sangat mungkininformasi yang dipeoleh belum pasti kebenarannya, maka sangat berbahaya apabila informasi itu tersebar dan timbul salah persepsi kepada individu tersebut dari berbagai pihak. Dalam hal ini konselor hendaknya hanya memberitahu pihak-pihak yang perlu mengetahui keadaan siswa yang sebenarnya.

3. Dilakukan secara terus-menerus (continue). Studi kasus merupakan proses memahami perkembangan siswa, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus-menerus sehingga terbentuk gambaran individu yang objektif dalam berbagai segi kehidupan individu yang berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.

4. Pengumpulan data dilakukan secara ilmiah. Studi kasus harus bisa dipertanggung jawabkan secara rasional dan objektif. Maka pengumpulan data juga harus dilakukan secara ilmiah dengan mengacu kaidah-kaidah yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan validitasnya.

5. Data yang diperoleh dari berbagai pihak. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus haruslah relevan dengan permasalahan yang dialami siswa. Pengumpulan data tentang siswa yang bermasalah di dapatkan dari berbagai pihak yang berhubungan dengan siswa tersebut. Untuk memilih pihak sumber informasai perlu mengingat hubungan orang tersebut apakah dekat atau mempengaruhi dalam permasalah siswa, mempunyai informasi yang dapat dipertanggung jawabkan, rumor atau kabar burung, mempunyai informasi yang relevan dengan permasalahan individu.


I.      Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik
a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional.

b. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.

c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.

d. Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas.

e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.

J.  Pelaksanaan Studi Kasus
Pelaksanaan studi kasus oleh konselor harus berdasar pada prosedur atau langkah-langkah yang ada. Secara garis besar langkah-langkah studi kasus sebagai berikut:

1. Instrumen atau Metode Pengumpulan Data dalam Studi Kasus Terdapat banyak metode yang dapat dipakai dalam mengumpulkan data untuk kepentingan identifikasi masalah siswa, yaitu:
a. Kartu pribadi
b. Angket
c. Wawancara
d. Kunjungan Rumah(Home Visit)
e. Buku rapor
f. Testing
g. Rating scale
h. Autoboigrafi
i. Sosiometri
j. Studi dokumentasi
k. Daftar cek masalah (DCM)
Dalam penggunaan alat-alat tersebut ditentukan prioritas teknik yang dapat dipakai secara efektif dan efisien.

2. Data yang dikumpulkan dalam studi kasus
a. Identitas diri
b. Latar belakang keluarga
c. Lingkungan hidup (sosial ekonomi)
d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
e. Riwayat kesehatan
f. Testing dalam berbagai bidang
g. Riwayat pendidikan sekolah
h. Kesusilaan dari pihak keyakinan hidup
i. Riwayat pelanggaran hidup
j. Pergaulan dengan teman-teman

3. Cara pelaksanaan studi kasus
a. Perencanaan. Dalam perencanaan terdapat langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:
1) Mengenali gejala. Pertama-tama mengamati adanya suatu gejala, gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara:
a) Guru pembimbing menemui sendiri gejala pada siswa yang memiliki masalah
b) Guru mata pelajaran memberikan informasi
c) Adanya siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing
d) Wali kelas meminta bantuan guru pembimbing untuk menangani seorang siswa yang bermasalah berdasarkan informasi yang diterimanya dari pihak lain, seperti siswa, para guru, ataupun pihak tata usaha.

2) Membuat deskripsi kasus. Setelah gejala itu dipahami oleh guru pembimbing, kemudian dibuatkan suatu deskripsi kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.

3) Setelah deskripsinya dibuat, dipelajari lebih lanjut aspek ataupun bidang-bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar atau karir.

4) Jenis masalah yang telah dikelompokkan itu dijabarkan dengan cara mengembnagkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah memahami permasalahannya.

5) Adanya jabaran masalah yang lebih terinci dapat membantu guru pembimbing untuk membuat perkiraan kemungkianan sumber penyebab masalah.

6) Perkiraan kemungkinaan sumber penyebab membantu mengetahui jenis informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik atau alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi.

b. Pengumpulan data. Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih sering digunakan dalam studi kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Setelah data terkumpul konselor dapat mulai mengorgansasi dan mengklasifikasi data menjadi bagian-bagian yang dapat dikelola.

c. Penggunaan dan pengolahan data. Penggunaan dan pengolahan data merupakan usaha pengolahan data untuk merangkum, menggolongkan, dan menghubungkan data yang diperoleh dalam tahap pengumpulan data. Dengan demikian dapat menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri anak, rumusan ini bersifat ringkas dan padat.

d. Sintesa dan interpretasi data Setelah mengolah data selanjutnya data studi kasus diinterpretasikan dengan case conference antara petugas yang melakukan studi kasus, dalam case conference terlibat beberapa petugas khusus yang mempelajari setipa kasus dari individu yang bermasalah. Rumusan ini dilakukan melalui pengambilan atau pengambilan kesimpulan yang logis.

e. Membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan (treatment) Merupakan langkah yang ditempuh untuk menetapkan teknik atau bantuan yang diberikan kepada siswa yang bermasalah serta memprediksi kemungkinan yang akan timbul oleh siswa sehubungan dengan masalah yang sedang dialami. Berdasarkan hasil case conference disusun suatu rekomendasi yang berwujud saran-saran, treatment (perlakuan) yang perlu dilakukan dan selanjutnya secara terus menerus diikuti dan dicatat setiap perubahan atau perkembangan yang terjadi pada siswa yang bersangkutan.

f. Evaluasi dan tindaklanjut (follow up) Kegiatan ini dilakukan setelah melakukan treatment atau membuat perencanaan pelaksanaan pertolongan. Untuk tindak lanjut bisa dilakukan oleh pengajar sendiri, guru BK, ataupun dirujuk dan di alihtangankan kepada pihak lain yang lebih berkompeten maupun dari oarang tua siswa itu sendiri.



K.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Studi Kasus :
1. Seseorang harus mampu mengajukan pertanyaan yang baik dan mampu untuk menginterpretasikan jawaban-jawaban
2.Seseorang harus dapat menjadi pendengar yang baik dan tidak terperangkap oleh prakonsepsi sendiri
3.Seseorang diharapkan mampu menyesuaikan diri dan fleksibel agar situasi yang baru dialami dapat dipandang sebagai kesempatan/ peluang bukan ancaman
4. Seseorang harus memiliki daya tangkap yang kuat terhadap isu-isu yang akan diteliti, apakah hal ini merupakan orientasi teoritis atau kebijakan.
5.Sesorang harus tidak bias, oleh anggapan-anggapan yang sudah ada sebelumnya, seseorang harus peka dan responsif terhadap bukti-bukti yang kontradiktif

3 Prinsip pengumpulan data
1.Menggunakan multi sumber bukti, menggunakan banyak informan dan memperhatikan sumber-sumber bukti lainnya
2. Menciptakan data dasar studi kasus, mengorganisir dan mengkoordinasikan data yang telah terkumpul, biasanya studi kasus memakan waktu yang cukup lama dan data yang diperolehnya pun cukup banyak sehingga perlu dilakukan pengorganisasian data agar data yang terkumpul tidak hilang saat dibutuhkan nanti
3. Memelihara rangkaian bukti, tujuannya agar bisa ditelusuri dari bukti-bukti yang ada, berkenaan dengan studi kasus yang sedang dijalankan. Penting ketika menelusuri kekurangan data lapangan.

Analisa data Studi Kasus
I. Strategi umum
1. memasukkan informan dalam daftar yang berbeda
2. membuat matriks kategori dan menempatkan bukti-bukti ke dalam kategori tersebut
3. menciptakan analisis data – flowchart dan perangkat lainnya- guna memeriksa data yang bersangkutan
4. mentabulasi frekwensi peristiwa yang berbeda
5.memeriksa kekompleksan tabulasi dan hubungan dengan mengkalkulasikan angka urutan.
6.Memasukkan informan ke dalam urutan kronologis/ menggunakan skema waktu

Ada dua jenis analisa dalam analisa umum
1.Mendasarkan pada proposisi teori, menganalisa dengan mendasarkan pada proposisi teori yang digunakan dalam studi kasus
2.Mengembangkan deskripsi kasus, mengembangkan suatu kerangka kerja deskriptif untuk mengorganisasikan studi kasus

II. Bentuk Analisa Dominan
1.Penjodohan Pola, membandingkan antara kenyataan dan hipotesa/ dugaan-dugaan (berdasarkan teori dan konsep)
2.Pembuatan penjelasan, tujuannya menganalisa data studi kasus dengan cara membuat suatu penjelasan tentang kasus yang bersangkutan.
3.Analisa deret waktu, lebih menekankan pada urutan waktu secara kronologis

III. Analisa kurang dominan (Lesser Modes)
1.Menganalisis unit-unit terpancang, biasanya melihat unit-unit yang kurang dominan ketimbang kasusnya sendiri
2.Membuat observasi berulang, bisa dipandang sebaga tipe analisa deret waktu khusus, dan biasanya diterapkan dengan menganalisa kasus yang sama di waktu yang berbeda, bahkan terkadang informannya un berbeda
3. Analisa sekunder lintas kasus, analisa digunakan karena studi kasus yang dilakukan mendapat teralu banyak data, terutama data-data sekunder. Langkah yang perlu diambil adalah melakukan pengkodingan tertutup, dan membandingkan data-data yang ada dengan hasil penemuan studi kasus.




Struktur penulisan laporan Studi Kasus
1. Struktur analisis linier, uraian sub-sub topiknya mencakup isu/ persoalan yang diteliti, temuan dikumpulkan dan dianalisa
2.Struktur komparatif, membandingkan antara 2 atau lebih kasus dengan menggunakan standar yang sama
3.Struktur kronologis, menyajikan berdasarkan waktu atau kejadian secara berurutan
4. Struktur pengembangan teori, untuk mengembangkan teori sehingga harus mengikuti alur logika pengembangan teori.
5. Struktur ketegangan, menyajikan inti penemuan di tengah sampai akhir laporan
6.Struktur tidak berurutan, tidak ada standar, yang dipentingkan disini pengungkapan data secara menyeluruh.

Jenis-jenis laporan Studi Kasus
1.Tidak tertulis, dengan menyajikan dalam bentuk dokumentasi, film dan sebagainya
2. Dalam bentuk tertulis :
3. Studi kasus tunggal klasik, hanya menyajikan satu kasus saja
4. Multi Kasus, penulisan laporan berdasarkan orang per orang
5. Studi kasus dengan format tanya jawab, penyajian laporan dikategorikan berdasarkan pertanyaan
6.Studi kasus lintas kasus, menganalisa kasus per kasus terkadang dengan membandingkan atau membuat kontradiksi antar kasus

DAFTAR REFERENSI

Agung Nugroho, Obed. 2008. “Studi Kasus dalam Bimbingan dan Konseling”(http://wimamadiun.com/obedan/wpcontent/uploads/2008/03/STUDI%20KASUS.pdf, diakses tanggal :7Maret 2011)

Prayitno, dan ErmanAmti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus : Desain dan Metode. Jakarta : Rajawali Pers.


1 komentar: